1. Ciri Khas Perekonomian Susilo Bambang Yudhoyono
Dari segi ekonomi ada 5 ciri khas Sistem Ekonomi yaitu:
~ Peranan dominan koperasi
bersama dengan perusahaan-perusahaan negara dan perusahaan-perusahaan swasta.
Semua bentuk badan usaha didasarkan pada azas kekeluargaan dan prinsip harmoni
dan bukan pada azas kepentingan pribadi dan
prinsip konflik kepentingan.
~ Memandang manusia secara utuh. Manusia bukan semata-mata homooikonomikustetapi juga social man and religious man, dan sifat manusia terakhir ini dapat dikembangkan setaraf dengan sifat yang pertama sebagai motor penggerak kagiatan duniawi (ekonomi).
~ Adanya kehendak sosial yang kuat ke arah egalitarianisme atau kemerataan sosial.
~ Prioritas utama terhadap terciptanya suatu perekonomian nasional yang tangguh.
~ Dari segi kelembagaan yuridis, Sistem Ekonomi Pancasila adalah sistem ekonomi yang dalam mencapai tujuannya selalu didasarkan pada hukum (oleh karena Republik Indonesia adalah suatu negara hukum) dan melaksanakan demokrasi ekonomi. Demokrasi ekonomi yang menjadi dasar dan tujuan untuk tercapainya masyarakat adil dan makmur material dan spiritual berdasarkan Pancasila mempunyai cita-cita positif dan negatif.
Sumber :
http://satriabayususeno.blogspot.com/2014/03/kondisi-perekonomian-indonesia-pada_22.html
2.
Sasaran Pembangunan Ekonomi Pada Masa Pemerintahan
Susilo Bambang Yudhoyono
Ada 4 sasaran pembangunan ekonomi kita pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono,yaitu :
1. Pro pertumbuhan,
2. Pro penciptaan lapangan kerja,
3. Pro pengurangan kemiskinan dan
4. Pro kelestarian lingkungan.
2. Pro penciptaan lapangan kerja,
3. Pro pengurangan kemiskinan dan
4. Pro kelestarian lingkungan.
Sumber :
http://www.rmol.co/read/2011/04/28/25529/SBY-Tegaskan-Empat-Sasaran-Pembangunan-Ekonomi-
http://www.rmol.co/read/2011/04/28/25529/SBY-Tegaskan-Empat-Sasaran-Pembangunan-Ekonomi-
3.
Prioritas Pembangunan Ekonomi Indonesia Pada Masa
Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono
Sebelas Prioritas Nasional Kabinet Indonesia Bersatu II (2009-2014) :
- Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola
- Pendidikan
- Kesehatan
- Penanggulangan Kemiskinan
- Ketahanan Pangan
- Infrastruktur
- Energi
- Iklim Investasi dan Iklim Usaha
- Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana
- Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Pasca-Konflik
- Kebudayaan, Kreativitas, dan Inovasi Teknologi
Sumber :
http://kema.unpad.ac.id/blog/2013/10/22/potret-indonesia-bersama-9-tahun-pemerintahan-sby/
http://nasional.kontan.co.id/news/ini-6-program-prioritas-sby-sampai-2014
4. Sektor yang Menjadi Prioritas Pada Masa Pemerintahan Susilo
Bambang Yudhoyono
Dari
kesebelas prioritas tersebut, ada tujuh aspek yang cukup penting bagi
keberlangsungan negara Indonesia, di antaranya :
1. Pendidikan
Anggaran 20% APBN untuk pendidikan seolah-olah masih belum
terasa secara utuh karena angka putus sekolah masih cukup tinggi seperti yang
tercantum pada data BPS per tahunnya. Artinya, secara kuantitas, (berdasarkan
jumlah pengenyam pendidikan), pendidikan Indonesia masih mengalami masalah.
Dari sisi kualitas, pemerintah mencoba memperbaiki kurikulum yang dikenal
dengan sebutan Kurikulum 2013.
Akan tetapi, jika pembaharuan kurikulum yang diterapkan
tidak diiringi dengan peningkatan kualitas pelaksana kurikulum (guru) dan
fasilitas penunjangnya (infrastruktur), tentu hasilnya akan sia-sia. Menurut
data Kemendiknas 2010, dari sisi kualitas guru dan komitmen mengajar terdapat
lebih dari 54% guru memiliki standar kualifikasi yang perlu ditingkatkan dan
13,19% bangunan sekolah dalam kondisi perlu diperbaiki. Berdasarkan data
tersebut, kualitas guru masih harus ditingkatkan demi kemajuan pendidikan
bangsa. Disamping itu, infrastruktur sekolah yang tidak memadai juga harus
diperbaiki.
2. Kesehatan
Ketidakseriusan pemerintah dalam mengelola sektor kesehatan bisa
kita nilai dari total APBN yang pemerintah keluarkan. Total APBN yang
pemerintah keluarkan pada tahun 2013 hanya sekitar Rp55,9 T. Meskipun mengalami
peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya jumlah ini dinilai terlalu kecil karena
jumlah ini hanya sekitar 3% dari total APBN 2013 yang hampir mencapai Rp1529,7
T (depkeu.go.id).
Bidang kesehatan juga mengalami masalah terkait pemertaan
kesehatan karena tidak lagi dimaknai secara luas, namun hanya diintepretasikan
secara parsial. Akibatnya, pemerataan yang terjadi hanya sebatas pembangunan
sarana-sarana fisik. Ini terlihat dari banyaknya puskesmas yang berdiri, namun
tak terkelola dengan baik karena keterbatasan tenaga medis. Akhirnya,
masyarakat pun masih tak mendapatkan pelayanan kesehatan secara optimal. Menurut
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (BPPSDMK)
dari sekitar 8.800 unit Puskesmas, 20% diantaranya tidak memiliki dokter. Pada
akhirnya, permasalahan kesehatan pun tidak hanya berkutat soal anggaran dan
pemerataan, melainkan juga tentang ketersediaan tenaga kesehatan.
3. Penanggulangan Kemiskinan
Dalam masa pemerintahan SBY, angka kemiskinan di negeri ini
memang mengalami penurunan. Disebutkan bahwa angka kemiskinan di Indonesia
terus berkurang. Pada tahun 1998, angka kemiskinan mencapai 24.2 persen. Pada
masa awal Presiden SBY, tingkat kemiskinan ini turun menjadi 16.7 persen. Dan
pada 2008 tinggal 15.4 persen dari total penduduk Indonesia. Klaim pemerintah
bahwa jumlah penduduk miskin terus berkurang memang kerap dilontarkan. Fakta
berbicara, ternyata klaim pemerintah tersebut memang tak semanis kondisi
dilapangan.
Hal tersebut bisa terjadi karena adanya Standar Kemiskinan
(batas garis kemiskinan) yang ditetapkan pemerintah yang merupakan hasil sensus
Badan Pusat Statistika (BPS). Dalam menetapkan angka kemiskinan, salah satu
standar yang dipergunakan lembaga tersebut adalah pendapatan perkapita. Dengan
standar tersebut, pemerintah kemudian menetapkan batas garis kemiskinan. Tahun
2010, BPS menetapkan batas garis kemiskinan berdasarkn pendapatan sebesar 212
ribu per kapita perbulan atau Rp 7.060 per kapita perhari. Yang artinya jika
standar kemiskinan tersebut dinaikkan sedikit saja, maka jumlah penduduk miskin
akan melonjak karena standar tersebut tidak sesuai dengan standar yang
ditetapkan oleh negara-negara maju yang telah memiliki angka kemiskinan begitu
kecil.
4. Ketahanan Pangan
Dalam penelitian ini yang menyoroti angka kekurangan gizi,
berat badan anak dan tingkat kematian anak di suatu negara, Posisi Indonesia
jauh lebih buruk dari negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, Vietnam dan
Filipina. Berdasarkan data Global Food Security Index 2012, yang dirilis
Economic Intelligent Unit, indeks keamanan pangan Indonesia berada di bawah 50
(0-100).Hal ini dipandang sebagai akibat pemerintah yang melalaikan kemandirian
pangan ketika sibuk memikirkan pemenuhan kebutuhan. Padahal kebijakan yang
ideal haruslah berpihak pada kemandirian domestic. Dengan konsumsi beras
mayarakat Indonesia yang tinggi, yakni 34,05 juta ton beras per tahun untuk 240
juta warga Indonesia (data BPS 2012), tidak heran kalau Indonesia masih terus
saja mengimpor beras.
5. Infrastruktur
Masalah infrastruktur menghadapi berbagai macam kendala
misalnya saja dari sisi anggarannya penyerapan anggaran infrastruktur terkesan
terlambat. Penyerapan Per 2 September 2013 baru mencapai 39,72 persen dari
total anggaran APBN Perubahan 2013 sebesar 83,7 Triliun. Selain keterlambatan
anggaran terdapat masalah lain yaitu membengkaknya anggaran di salah satu
proyek infrastruktur yaitu besarnya anggaran setiap tahun untuk proyek
perbaikan jalan pantura. Berdasarkan APBN Perubahan 2013 anggaran perbaikan
jalan pantura mencapai 1,2 Triliun.
6. Energi
Hampir 95% migas Indonesia dikuasai korporasi asing.
Penguasaan migas terbesar Indonesia adalah PT Chevron asal AS yang mengambil
porsi 44%. Juga ada Total E&P (10%), Conoco Phillips (8%), Medco Energy
(6%), China National Offshore Oil Corporation (5%), China National Petroleum
Corporations (2%), British Petroleum, Vico Indonesia, dan Kodeco Energy
masing-masing 1%. Sedangkan Pertamina, perusahaan BUMN hanya mendapatkan porsi
16%. Sistem kebijakan migas yang terangkum dalam UU no.22 tahun 2001 yang
menyebabkan Indonesia selalu mengimpor minyak bumi dari asing dengan alasan sumber
daya dalam negeri yang tidak mencukupi padahal penyebab utama sumber daya
minyak bumi negeri ini tidak mencukupi adalah karena porsi pemenuhan konsumsi
dalam negeri dari lahan sendiri yang sangat tidak proporsional.
7. Iklim Investasi dan Iklim Usaha
Dalam industrilisasi kita nampaknya sangat tertinggal dengan
negara lain. Negri ini tidak pernah mempunyai industrialisasi yang dari hulu
sampai hilir yang komponen dapat ditemukan di indonesia. Hal tersebut yang
nantinya akan menekan neraca pembayaran karena semua kebutuhan bahan baku harus
kita impor, dan menyebabkan naiknya harga barang-barang tersebut karena
cenderung bergantung kepada tingginya harga dollar. Hal semacam inilah yang
patunya diperhatikan dan dicarikan penyelesaiannya oleh pemerintah jika ingin
iklim usaha dalam negri yang sehat.
Dua Poin strategis yang harus menjadi fokus perhatian
pemerintah guna menjaga kestabilan ekonomi nasional adalah pengembangan sektor
usaha mikro kecil menengah atau UMKM dan pertanian. Data dari kementrian
Koperasi dan Usaha kecil dan Menengah mnyebutkan dari 56,4 juta UMKM di seluruh
Indonesia baru 30% mengakses pembiayaan perbankan, lembaga keuangan non bank
seperti koperasi simpan pinjam mungkin lebih mudah diakses tetapi suku bunga
sulit di jangkau, artinya masih ada masalah permodalan bagi sebagian besar UMKM
yang beroprasi di Indonesia. Ini merupakan problem klasik tetapi entah kenapa
pemerintah seolah tak ujung menemukan solusinya.
Sumber :
http://kema.unpad.ac.id/blog/2013/10/22/potret-indonesia-bersama-9-tahun-pemerintahan-sby/
http://kema.unpad.ac.id/blog/2013/10/22/potret-indonesia-bersama-9-tahun-pemerintahan-sby/
5.
Hasil-hasil Pembangunan Ekonomi Pada Masa Pemerintahan
Susilo Bambang Yudhoyono
Pertumbuhan Ekonomi
Tingkat pertumbuhan ekonomi periode 2005-2007 yang dikelola pemerintahan SBY-JK relatif lebih baik dibanding pemerintahan selama era reformasi dan rata-rata pemerintahan Soeharto (1990-1997) yang pertumbuhan ekonominya sekitar 5%. Tetapi, dibanding kinerja Soeharto selama 32 tahun yang pertumbuhan ekonominya sekitar 7%, kinerja pertumbuhan ekonomi SBY-JK masih perlu peningkatan. Pertumbuhan ekonomi era Soeharto tertinggi terjadi pada tahun 1980 dengan angka 9,9%.
rata-rata pertumbuhan ekonomi pemerintahan SBY-JK selama lima tahun menjadi 6,4%, angka yang mendekati target 6,6%
Inflasi 2005
Kebijakan menaikkan harga BBM 1 Oktober 2005, dan sebelumnya Maret 2005, ternyata berimbas pada situasi perekonomian tahun-tahun berikutnya. Pemerintahan SBY-JK memang harus menaikkan harga BBM dalam menghadapi tekanan APBN yang makin berat karena lonjakan harga minyak dunia. Kenaikan harga BBM tersebut telah mendorong tingkat inflasi Oktober 2005 mencapai 8,7% (MoM) yang merupakan puncak tingkat inflasi bulanan selama tahun 2005 dan akhirnya ditutup dengan angka 17,1% per Desember 30, 2005 (YoY). Penyumbang inflasi terbesar adalah kenaikan biaya transportasi lebih 40% dan harga bahan makanan 18%. Core inflation pun naik menjadi 9,4%, yang menunjukkan kebijakan Bank Indonesia (BI) sebagai pemegang otoritas moneter menjadi tidak sepenuhnya efektif. Inflasi yang mencapai dua digit ini jauh melampaui angka target inflasi APBNP II tahun 2005 sebesar 8,6%. Inflasi sampai bulan Februari 2006 (YoY) masih amat tinggi 17,92%, bandingkan dengan Februari 2005 (YoY) 7,15% atau Februari 2004 (YoY) yang hanya 4,6%.Efek inflasi tahun 2005 cukup berpengaruh terhadap tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), yang menjadi referensi suku bunga simpanan di dunia perbankan.
Sumber
http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=1694&Itemid=195
Data Harga Bahan Bakar Minyak 2004 vs 2009 (Naik)
Harga
|
2004
|
2009
|
Catatan
|
Minyak Mentah Dunia / barel
|
~ USD 40
|
~ USD 45
|
Harga hampir sama
|
Premium
|
Rp 1810
|
Rp 4500
|
Naik 249%
|
Minyak Solar
|
Rp 1890
|
Rp 4500
|
Naik 238%
|
Minyak Tanah
|
Rp 700
|
Rp 2500
|
Naik 370%
|
Pertumbuhan Ekonomi 2004-2009 (Turun)
Berdasarkan janji kampanye dan usaha untuk merealisasikan kesejahteraan rakyat, pemerintah SBY-JK selama 4 tahun belum mampu memenuhi target janjinya yakni pertumbuhan ekonomi rata-rata di atas 6.6%. Sampai tahun 2008, pemerintah SBY-JK hanya mampu meningkatkan pertumbuhan rata-rata 5.9% padahal harga barang dan jasa (inflasi) naik di atas 10.3%. Ini menandakan secara ekonomi makro, pemerintah gagal mensejahterakan rakyat. Tidak ada prestasi yang patut diiklankan oleh Demokrat di bidang ekonomi.
Pertumbuhan
|
Janji Target
|
Realisasi
|
Keterangan
|
2004
|
ND
|
5.1%
|
|
2005
|
5.5%
|
5.6%
|
Tercapai
|
2006
|
6.1%
|
5.5%
|
Tidak tercapai
|
2007
|
6.7%
|
6.3%
|
Tidak tercapai
|
2008
|
7.2%
|
6.2%
|
Tidak tercapai
|
2009
|
7.6%
|
~5.0%
|
Tidak tercapai *
|
Tingkat Inflasi 2004-2009 (Naik)
Secara alami, setiap tahun inflasi akan naik. Namun, pemerintah akan dikatakan berhasil secara makro ekonomi jika tingkat inflasi dibawah angka pertumbuhan ekonomi. Dan faktanya adalah inflasi selama 4 tahun2 kali lebih besar dari pertumbuhan ekonomi.
Tingkat Inflasi
|
Janji Target
|
Fakta
|
Catatan Pencapaian
|
2004
|
6.4%
|
||
2005
|
7.0%
|
17.1%
|
Gagal
|
2006
|
5.5%
|
6.6%
|
Gagal
|
2007
|
5.0%
|
6.6%
|
Gagal
|
2008
|
4.0%
|
11.0%
|
Gagal
|
Jumlah Penduduk Miskin
Sasaran pertama adalah pengurangan kemiskinan dan pengangguran dengan target berkurangnya persentase penduduk tergolong miskin dari 16,6 persen pada tahun 2004 menjadi 8,2 persen pada tahun 2009 dan berkurangnya pengangguran terbuka dari 9,5 persen pada tahun 2003 menjadi 5,1 persen pada tahun 2009.
Penduduk Miskin
|
Jumlah
|
Persentase
|
Catatan
|
2004
|
36.1 juta
|
16.6%
|
|
2005
|
35.1 juta
|
16.0%
|
Februari 2005
|
2006
|
39.3 juta
|
17.8%
|
Maret 2006
|
2007
|
37.2 juta
|
16.6%
|
Maret 2007
|
2008
|
35.0 juta
|
15.4%
|
Maret 2008
|
2009
|
8.2% ????
|
Sumber :
http://nusantaranews.wordpress.com/2009/02/13/fakta-fakta-tersembunyi-pemerintah-sby-jk-1/
Utang Masa Pemerintahan SBY-JK Terbesar
Koalisi Organisasi Masyarakat Sipil mencatat, pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla memperbesar utang dalam jumlah sangat besar. Posisi utang tersebut merupakan utang terbesar sepanjang sejarah RI.Koalisi terdiri dari :
1. Forum
Indonesia untuk Transparansi Anggaran
2. Perkumpulan
Prakarsa
3. Perhimpunan
Pengembangan Pesantren & Masyarakat (P3M)
4. Gerakan
Antipemiskinan Rakyat Indonesia
5. Lembaga
Advokasi Pendidikan Anak Marginal
6. Pusat
Telaah dan Informasi Regional
7. Asosiasi
pendamping Perempuan Usaha Kecil dan
8. Publish
What You Pay
Berdasarkan catatan koalisi, utang pemerintah sampai Januari 2009 meningkat
31 persen dalam lima tahun terakhir.Posisi utang pada Desember 2003 sebesar Rp 1.275 triliun.
Adapun posisi utang Janusari 2009 sebesar Rp 1.667 triliun atau naik Rp 392 triliun.
Apabila pada tahun 2004, utang per kapita Indonesia Rp 5,8 juta per kepala, pada Februari 2009 utang per kapita menjadi Rp 7,7 juta per kepala.
Memerhatikan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2004-2009, koalisi menilai rezim sekarang ini adalah rezim anti-subsidi.
Hal itu dibuktikan dengan turunnya secara drastis subsidi. Pada tahun 2004 jumah subsidi masih sebesar 6,3 persen dari produk domestik bruto. Namun, sampai 2009, jumlah subsidi untuk kepentingan rakyat tinggal 0,3 persen dari PDB.
SBY Tambah Utang Indonesia dari 1275 menjadi 1667 Trilun dalam 4 Tahun
Berikut jumlah total utang Indonesia (2001-2009)
- 2001 : Rp 1263 triliun
- 2002 : Rp 1249 triliun
- 2003 : Rp 1240 triliun
- 2004 : Rp 1275 triliun
- 2005 : Rp 1268 triliun
- 2006 : Rp 1310 triliun
- 2007 : Rp 1387 triliun
- 2008 : Rp 1623 triliun
- 2009 : Rp 1667 triliun (Januari)
Perkembangan Utang Dalam Negeri Indonesia 2004-2009
- 2004 : Rp 662 triliun
- 2005 : Rp 656 triliun
- 2006 : Rp 748 triliun
- 2007 : Rp 801 triliun
- 2008 : Rp 906 triliun
- 2009 : Rp 920 triliun
Sumber :
http://nusantaranews.wordpress.com/2009/03/24/fakta-fakta-tersembunyi-sby-jk-3-utang-negara-membengkak-1667-triliun/
http://nusantaranews.wordpress.com/2009/03/24/fakta-fakta-tersembunyi-sby-jk-3-utang-negara-membengkak-1667-triliun/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar