Nama Jurnal
|
–
|
Volume / Halaman
|
–
|
Nama Penulis
|
Syahril Djaddang dan Suratno
|
Judul Jurnal
|
Genealogi Pengungkapan Fair Value Accounting Berbasis Pasar dan
Konvergensi Praktik Akuntansi di Indonesia (Studi Interpretif – Kritis
Praktik IFRS)
|
Tanggal Jurnal
|
–
|
Tujuan Penelitian
|
Tujuan Penelitian ini
dimaksudkan untuk menelaah genealogi akuntansi modern tentang
pengungkapan Fair Value Accounting atas
adopsi International Financial Reporting Standard memitigasi
Konvergensi Akuntansi Di Indonesia yang digunakan untuk membangun
prinsip-prinsip akuntansi modern, seperti IFRS sebagai justifikasi praktik
akuntansi masa kini. Penelitian ini juga menyoroti pertimbangan penting bagi
negara-negara lain untuk membahas IFRS karena krisis keuangan global saat
ini.
|
Metode Penelitian
|
Penelitian ini menggunakan pendekatan
filsafat ilmu dengan studi kepustakaan (library research),
yang bersifat interpretatif kritis praktif IFRS. Filsafat ilmu digunakan
sebagai analisis terhadap perkembangan ilmu pengetahuan yang cenderung
destruktif disatu sisi dan inspiratif dalam menyelamatkan manusia dari sikap
membenarkan asumsi keilmuannya sendiri
|
Variabel Penelitian
|
–
|
Hasil Penelitian
|
Menanggapi kekhawatiran tentang
pengukuran nilai wajar di pasar tidak likuid, dewan membentuk Penasehat Ahli
untuk mengidentifikasi praktek terbaik untuk mengestimasi nilai wajar di
pasar dan pengungkapannya. Pada Oktober 2008, IASB patuh pada tekanan
regulator Eropa dan santai posisinya di FVA memungkinkan perusahaan untuk
mentransfer non-derivatif aset keuangan dari klasifikasi yang dilaporkan sebesar
nilai wajar ke dalam kategori yang menggunakan biaya perolehan diamortisasi
dengan aset nilai (Bogoslaw, 2008). Dewan Standar Akuntansi Internasional
dirasionalisasi perubahan dengan mengatakan itu akan menciptakan tingkat
lapangan bermain dengan standar FASB ada, Laporan Laporan Akuntansi, Keuangan
115 yang memungkinkan perusahaan dalam keadaan langka ‘untuk membuat transfer
yang sama. IASB berpendapat krisis keuangan saat ini pada dasarnya memenuhi
syarat sebagai situasi langka karena pasar tidak likuid untuk produk keuangan
(Bogoslaw, 2008). Selanjutnya, pada 31 Oktober 2008, IASB menerbitkan
bimbingan pendidikan pada pengukuran nilai wajar dari instrumen keuangan di
pasar yang tidak lagi aktif. Hal itu menegaskan bimbingan diterbitkan sebagai
hasil dari diskusi oleh Penasehat Ahli dibuat oleh IASB pada tahun 2008.
Pedoman diusulkan juga konsisten dengan persyaratan AS yang ada, termasuk
perubahan terakhir.
Ekonomi di Asia-Pasifik (Jepang,
India, Malaysia dan Indonesia), Amerika Utara (Kanada), Amerika Tengah
(Meksiko) dan Amerika Selatan (Argentina, Brasil dan Chile) mengadops adopsi
penuh IFRS. Namun, negara-negara tersebut mengadopsi IFRS sebagai
pertimbangan pengaruh krisis keuangan, khususnya penggunaan FVA di IFRS dan
perannya dalam krisis keuangan.
Semua negara-negara yang sudah
menyiapkan konvergensi tetap teguh dengan rencana konvergensi akuntansi.
Dipimpin oleh Ikuo Nishikawa, Ketua ASBJ, dan Sir David Tweedie, Ketua IASB,
pertemuan kesepuluh untuk mempercepat konvergensi Jepang GAAP dan IFRS (IASB,
2009). Sebagai bagian dari pertemuan tersebut, perwakilan dari IASB
memberikan update kebijakan yang telah dan oleh IASB dalam menanggapi krisis
keuangan. Roadmap ini memungkinkan adopsi awal IFRS oleh perusahaan tercatat
untuk tahun fiskal yang dimulai 1 April 2009 dan mengusulkan adopsi IFRS
wajib dari 2015 atau 2016.
|
Kesimpulan Penelitian
|
Studi
eksplorasi ini menyoroti implikasi penting krisis keuangan global dan konvergensi
praktik akuntansi, pelaporan keuangan, dan kecenderungan konvergensi IFRS di
Indonesia. Dengan analisis metode genealogi akuntansi menunjukkan bahwa
krisis keuangan tidak menghambat kecenderungan konvergensi akuntansi:
mayoritas negara-negara mengalami krisis keuangan global dan berkomitmen
untuk mengadopsi IFRS yang direncanakan. Selain itu, kemajuan konvergensi
dicapai antara IFRS dan US GAAP.
American
Bankers Association dan Komisi Sekuritas dan
Bursa (SEC) pada September 2008 menyatakan bahwa” masalah yang ada di pasar
keuangan saat ini dapat ditelusuri ke berbagai faktor. Salah satu faktor yang
diakui adalah nilai wajar akuntansi(FVA), kekhawatiran dimiliki oleh Kongres
AS, karena tekanan yang kuat pada Standar Akuntansi Keuangan (FASB) untuk
mengubah aturan akuntansi. Lihat juga Forbes (2009), Wallison (2008a, b) dan
Whalen (2008) untuk akuntansi nilai wajar (FVA) dan krisis keuangan.
|
Pendapat Mengenai Jurnal
|
Pendapat saya mengenai jurnal ini bahwa jurnal ini cukup baik karena
penelitian ini menjelaskan tentang Pengungkapan Fair Value Accounting Berbasis Pasar dan
Konvergensi Praktik Akuntansi di Indonesia. Tema yang diangkat juga cukup
menarik untuk diikuti. Jurnal ini memuat informasi yang menarik seperti
Konvergensi Praktik Akuntansi dari beberapa negara.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar